SOFT
SKILL ETIKA BISNIS
TEORITIKA ETIKA BISNIS, BISNIS dan
ETIKA, ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Nama
: Stira Panut
NPM
: 16210698
Kelas
: 4EA21
Jurusan : Manajemen
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
BEKASI
2013
1.
TEORITIKA
ETIKA BISNIS
A. Pendahuluan Teoritika Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005). Etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang
berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat. Etika bisnis juga merupakan studi yang di khususkan mengenal moral
yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan institusi dan perilaku bisnis.
a) Etika
Deontologi
‘Deontologi’ berasal dari kata Yunani deon,
yang berarti kewajiban. Etika deontology menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Menurut etika deontology, suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik pada dirinya
sendiri. Dengan kata lain, tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari
tujuan atau akibat dari tindakan itu. Jadi, nilai tindakan itu tidak ditentukan
oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
b) Etika Teleologi
Etika
teleology justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang
mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu
yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Etika
teleology lebih situasional, karena tujuan dan akibat tindakan bisa sangat
tergantung pada situasi khusus tertentu.
Prinsip
– Prinsip Etika Bisnis
Keraf (1994:71-75) menyebutkan terdapat lima prinsip etika bisnis yaitu:
1.
Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya
kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu. Otonomi juga
mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia bisnis, tanggung jawab
seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan,
konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2.
Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat
perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan
kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak
pelaku bisnis melakukan penipuan.
3.
Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik. Prinsip ini mengarahkan agar kita
secara aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan
apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain atau mitra bisnis.
4.
Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi
hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama
nilainya.
5.
Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip ini mengarahkan agar kita
memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan
memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.
B. Bisnis Sebuah Etis Profesi Etis
1. Etika Terapan
a.
Etika Umum : berbicara mengenai norma dan nilai moral,
kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis, bagimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif
dan semacamnya.
- Etika Khusus : adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Etika sebagai
Refleksi adalah pemikiran moral. Etika sebagi refleksi
krisis rasional meneropongi dan merefleksi kehidupan manusia dengan mendasarkan
diri pada norma dan nilai moral yang ada di satu pihak dan situasi khusus dari
bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan setiap orang atau kelompok
orang dalam suatu masyarakat. Dalam etika sebagai refleksi kita berfikir tentang apa
yang dilakukan dari khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku
orang. Etika dalam arti ini dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
a. Etika Umum berbicara
mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
b. Etika Khusus adalah penerapan
prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Etika Khusus dibagi menjadi 3 :
- Etika Sosial : Etika Sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia sebagai makhluk sosial dlm interaksinya dengan sesamanya.
- Etika Lingkungan hidup : Etika Lingkungan Hidup, berbicara mengenai hubungan antara manusia baik sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam totalitasnya, dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya yang berdampak langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara keseluruhan.
1. Etika
Profesi
- Pengertian Profesi
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan
sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi
dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.
Orang Profesional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan
ketrampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas
pekerjaannya itu. Orang yang profesional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan karena ahli di bidang tersebut dan meluangkan seluruh waktu, tenaga,
dan perhatiannya untuk pekerjan tersebut.
Ciri-ciri Profesi :
a.
Adanya keahlian dan
ketrampilan khusus
b.
Adanya komitmen moral yang
tinggi
c.
Orang yang profesional
adalah orang yang hidup dari profesinya
d.
Pengabdian kepada
masyarakat
e.
Pada profesi luhur biasanya
ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut.
f.
Kaum profesional biasanya
menjadi anggota dari suatu organisasi profesi
Kode Etik adalah Aturan main dalam menjalankan atau
mengemban profesi tersebut biasanya disebut Kode Etik. Ada 2 sasaran pokok dari kode etik, yaitu :
a. kode etik bermaksud melindungi masyarakat
dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian entah secara sengaja atau tidak
sengaja dari kaum professional
b. kode etik bertujuan melindungi keluhuran
profesi tersebut dari perilaku-perilaku bobrok orang-orang yang mengaku diri
profesional.
Biasanya orang yang profesional adalah orang
yang hidup dari profesinya :
- ini berarti ia hidup sepenuhnya dari profesi
ini
- Ini berarti profesinya telah membentuk
identitas orang tersebut. Ia tidak bisa lagi dipisahkan dari profesi itu, berarti ia
menjadi dirinya berkat dan melalui profesinya.
Pengabdian kepada masyarakat
Adanya komitmen moral yang tertuang dalam kode etik
profesi ataupun sumpah jabatan menyiratkan bahwa orang-orang yang mengemban
profesi tertentu, khususnya profesi luhur, lebih mendahulukan dan mengutamakan
kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadinya.
Profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan
profesi tersebut
1. Keberadaan izin khusus, karena menyangkut
kepentingan orang banyak, dan terkait dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup, kesehatan dsb.
2. Izin khusus bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari pelaksanaan profesi yang tidak benar. Atau izin merupakan
bentuk perlindungan awal atas kepentingan masyarakat
3. Izin juga sesungguhnya merupakan tanda bahwa
orang tersebut mempunyai keahlian, ketrampilan dan komitmen moral yang
diandalkan dan dapat dipercaya
4.
Wujud dari izin, bisa berbentuk surat izin, sumpah, kaul,
atau pengukuhan resmi di depan umum. Yang berhak memberi izin adalah negara
sebagai penjamin tertinggi kepentingan masyarakat.
3. Menuju Bisnis sebagai Profesi Luhur
Sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau
bisnis dianggap sebagai pekerjaan kotor, kedati kata profesi, profesional dan
profesionalisme sering begitu diobral dalam kaitan dengan kegiatan bisnis.
Namun dipihak lain tidak dapat disangkal bahwa ada banyak orang bisnis dan juga
perusahaan yang sangat menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai
sebuah profesi. Mereka tidak hanya mempunyai keahlian dan ketrampilan yang
tinggi tapi punya komitmen moral yang mendalam. Karena itu, bukan tidak mungkin
bahwa bisnis pun dapat menjadi sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya
bahkan menjadi sebuah profesi luhur.
Pandangan Praktis-Realistis
Pandangan
ini bertumpu pada kenyataan yang diamati berlaku dalam dunia bisnis dewasa ini.
Pandangan ini didasarkan pada apa yang umumnya dilakukan oleh orang-orang
bisnis. Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan di antara manusia
yang menyangkut memproduksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk
memperoleh keuntungan
Bisnis adalah suatu kegiatan Profit
Making. Dasar pemikirannya adalah bahwa orang yang terjun ke dlm bisnis tidak
punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mencari keuntungan. Kegiatan
bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan sosial. Karena itu,
keuntungan itu sah untuk menunjang kegiatan bisnis. Tanpa keuntungan bisnis
tidak bisa jalan
Pandangan Praktis-Realistis.
Asumsi Adam Smith :
Dalam
masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja di mana setiap orang tidak bisa
lagi mengerjakan segala sesuatu sekaligus dan bisa memenuhi semua kebutuhan
hidupnya sendiri
Semua orang tanpa terkecuali mempunyai
kecenderungan dasar untuk membuat kondisi hidupnya menjadi lebih baik.
Pandangan Ideal
Disebut
pandangan ideal, karena dalam kenyataannya masih merupakan suatu hal yang ideal
mengenai dunia bisnis. Sebagai pandangan yang ideal pandangan ini baru dianut
oleh segelintir orang yang dipengaruhi oleh idealisme berdasarkan nilai yang
dianutnya.
Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain
adalah suatu kegiatan diantara manusia yang menyangkut memproduksi, menjual,
dan membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dasar pemikirannya adalah pertukaran
timbal balik secara fair di antara pihak-pihak yg terlibat. Maka yang mau
ditegakkan dalam bisnis yang menyangkut pandangan ini adalah keadilan
komutatif, khususnya keadilan tukar atau pertukaran dagang yang fair.
Menurut Adam Smith, pertukaran dagang
terjadi karena satu orang memproduksi lebih banyak barang sementara ia sendiri
membutuhkan barang lain yang tidak bisa dibuatnya sendiri.
Menurut Matsushita (pendiri perusahan
Matsushita Inc di Jepang), tujuan bisnis sebenarnya bukanlah mencari keuntungan
melainkan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Sedangkan keuntungan tidak lain
hanyalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis suatu perusahaan.
Dengan melihat kedua pandangan berbeda
di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa citra jelek dunia bisnis sedikit
banyaknya disebabkan oleh pandangan pertama yg melihat bisnis sekadar sebagai
mencari keuntungan.
Atas dasar ini, persoalan yang
dihadapi di sini adalah bagaimana mengusahakan agar keuntungan yang diperoleh
ini memang wajar, halal, dan fair. Terlepas dari pandangan mana yang dianut,
keuntungan tetap menjadi hal pokok bagi bisnis.
Salah satu upaya untuk membangun
bisnis sebagai profesi yang luhur adalah dengan membentuk, mendukung dan
memperkuat organisasi profesi.Melalui organisasi profesi tersebut bisnis bisa
dikembangkan sbg sebuah profesi dlm pengertian sebenar-benarnya sebagaimana
dibahas disini, kalau bukan menjadi profesi luhur.
2. BISNIS DAN ETIKA
A. Mitos
Bisnis Amoral
Mitos Bisnis Amoral mengungkapkan suatu keyakinan
bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali.
Mitos ini mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau
etika tidak ada hubungannya. Bisnis berorientasi untuk mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin tanpa mengindahkan etika dan moralitas.
B. Keutamaan Etika Bisnis
a. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis
dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya
b. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka
konsumen benar-benar raja
c. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran
pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan
harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis
d. Perusahaan modern sangat menyadari bahwa
karyawan bukanlah tenaga yang harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan
C. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
a. Etika Bisnis sebagai etika profesi membahas
berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang
baik dan etis.
b. Etika Bisnis untuk menyadarkan masyarakat
bahwa hak dan kewajiban mereka tidak boleh dilanggar oleh pratek bisnis
siapapun juga.
c. Etika Bisnis juga berbicara mengenai sistem
ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu usaha bisnis.
D. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
a.Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
1. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
2. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
3. Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung- jawabkan
d. Prinsip Saling
Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas
Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau
nama baik perusahaan
E. Etos Bisnis
Etos bisnis adalah suatu
kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu
perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Inti etos ini adalah
pembudayaan atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral
tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang juga
membedakannya dari perusahaan yang lain.
F.
Realisasi Moral Bisnis.
Etika merupakan ilmu
tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral, sedangkan moral adalah
rumusan sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang apa yang bernilai serta
kewajiban-kewajiban manusia. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah
manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki
nilai positif.
G. Pendekatan-pendekatan Stockholder
G. Pendekatan-pendekatan Stockholder
Perusahaan berdiri dan
berkembang dalam masyarakat tentunya tidak hanya mulus dan tanpa adanya masalah
dalam keseharian berjalannya perusahaan. Terkadang timbul tekanan tekanan baik
dari luar perusahaan ataupun dari dalam perusahaan. Tekanan ini sifatnya tidak
selalu buruk, terkadang tekanan justru memberikan peluang bagi perusahaan untuk
terus berkembang dan membesarkan perusahaan.
Menurut Rhenald Kasali
dalam bukunya Manajemen Public Relations “Stakeholders adalah setiap kelompok
yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam
menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang
mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain
menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure
group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan”.
3. ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
- Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Aliran utilitarianisme ini berakar pada
ajaran tentang kegunaan atau utility, yang menyatakan, bahwa : baik atau buruk
sebuah tindakan diukur dari apakah tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan
atau kebahagian yang terbanyak, dengan pengorbanan yang paling sedikit.
Istilah
utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang berasal dari kata latin utilis
yang berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act
utilitarianism serta rule utilirianism yang sering diterjemahkan sebagai
‘Utilitarianisme tindakan” dan ‘Utilitarianisme peraturan’
Prinsip-
prinsip aliran utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832) didasarkan
kepada dua prinsip, yaitu :
-
asosiasi (association principle) serta
-
kebahagiaan terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip
kebahagiaan terbesar secara singkat terjadi jika :
“An
action is right from an ethnical point of view if and only if the sum total of
utilities produced by the act is greater than tha sum of total utilities
produced by nay other act the agent could have performed in its place”.
Apa-apa
“yang baik” merupakan kesenangan buruk” adalah rasa sakit. Tindakan “yang baik”
secara etika mengacu pada kebijakan dan kebahagiaan, sedangkan “yang
menghasilkan kebahagiaan terbesar.
Bentham
berkeinginan untuk mencari kesamaan mendasar guna mampu memberikan landasan
objektif atas semua norma yang berlaku secara umum serta yang daopat dietrima
oleh masyarakat luas. Caranya ialah dengan menimbang segi-segi manfaat
dibandingkan dengan kerugian setiap tindakan.
Tokoh
lain dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart Mill (1806-1973), seorang
pengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran Bentham. Tema sentral dari
pemikiran Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang adalah untuk tidak
menimbulkan derita bagi sesama manusia.
Mill
menyatakan, bahwa akumulasi asset perlu diikuti oleh distribusi asset pula demi
kebaikan masyarakat. Jika diperlukan, distribusi asset dapat dipaksakan oleh
masyarakat melalui penggunaan pajak, atau penyitaan asset sekalipun. Hanya Mill
tidak menerangkan hubungan antara distribusi dengan produksi, khususnya
alat-alat produksi, yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx. Terlepas dari
kekurangan ataupun kekeliruannya, Mill merupakan pemikir yang secara tegas
meghubungkan (dalam Principles) utilitarianisme.
Apabila
aliran utilitarianisme hedonis menitikberatkan ajaran mereka pada kesenangan
dan kebahagian perorangan sebagai tolak ukur, maka aliran utilitarianesme
Bentham, Mill dan kemudian Henry Sidgwick (1838-1900), menggeluti pemikiran
mereka tentang Kebahagian individu?. Mereka berpendapat bahwa merupakan tugas
individu, atau perorangan, untuk meningkatkan kebahagian masyarakat secara
universal, bukan hanya kebahagian perorangan saja.
Prinsip
utilitarianisme pun dapat menjelaskan mengapa perbuatan seperti membunuh,
berdusta, selingkuh dianggap secara moral adalah salah, sedang beberapa
tindakan lain seperti berterus-terang, kesetiaan, tepat janji merupakan hal-hal
yang benar. Jika orang berdusta ia merugikan masyarakat karena menebarkan rasa
saling tidak percaya diantara masyarakat sedangkan jika ia berbuat benar maka
terciptalah iklim saling percaya, saling membantu yang mampu memperbaiki
kualitas hidup manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib serta rapih.
Utilitarianisme
sangat berperan dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak awal abad ke XIX, banyak
pakar ekonomi berpendapat perilaku ekonomi dapat dijelaskan melalui asumsi,
bahwa manusia senantiasa berusaha untuk memaksimalkan manfaat dirinya sendiri
maupun kinerjanya, sedangkan nilai manfaat diukur dari harga yang diperoleh.
Prinsip
Utilitarianisme juga sangat cocok dengan konsep yang sering terjadi dalam
tujuan bisnis yaitu efisiensi. Efisiensi terjadi jika maksimalisasi produksi
dapat dicapai lewat pemanfaatan sumber daya yang ada tanpa memerlukan
penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai efisien apabila hasilnya sesuai
dengan yang telah direncanakan dengan mengunakan sumber daya yang ada seminimal
mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok utilitarianisme, efisiensi
merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti yang dijabarkan oleh ilmu
ekonomi secara umum.
- Nilai Positif Etika Utilitarianisme
Maksud
Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap orang
untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang
diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat
seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir
manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan
‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai Positif Etika Utilitarianisme antara lain :
• Pertama,
Rasionalitas.
Prinsip moral yang
diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang
tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme
memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
• Kedua,
Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral.
Tidak ada paksaan bahwa
orang harus bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
• Ketiga,
Universalitas.
Mengutamakan manfaat
atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan dinilai
bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak orang.
- Utilitarianisme Sebagai Proses dan standar Penilaian
1. sebuah penilaian mengenai kesejahteraan
manusia, atau utiliti, dan
2. sebuah petunjuk untuk memaksimalkan
kesejahteraan (utiliti), yang didefinisikan sebagai, memberikan bobot yang sama
pada kesejahteraan orang per-orang.
- Analisa keuntungan dan kerugian
Utilitarianisme mengatakan bahwa
tindakan yang benar adalah yang memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan
preferensi yang berpengetahuan sebanyak mungkin.
Dalam
pandangan kaum utilitarian-aturan, perilaku tak adil dalam mendeskriminasi
kelompok-kelompok minoritas menyebabkan meningkatnya ketakutan pihak lain
dengan mengalami aturan yang mengijinkan diskriminasi.
Keuntungan
dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan pada
keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan dan kerugian tidak
ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.
- Kelemahan Etika Utilitarianisme
•
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
• Tidak pernah
menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan
nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
• Tidak pernah
menganggap serius kemauan baik seseorang
• Variabel yang dinilai
tidak semuanya dapat dikualifikasi.
• Seandainya ketiga
kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan
dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.
Sumber
Keraf, A. Sonny.2005.Etika Bisnis. Edisi Baru Cetakan ke-9.
Kanisius: Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar